Kamis, 15 Maret 2012

spanning tree dan penerapannya di dalam kehidupan sehari2 terutama pada bidang teknik elektro.

Spanning Tree Protocol disingkat menjadi STP, adalah : bagian dari standard IEEE 802.1 untuk kontrol media akses. Berfungsi sebagai protocol untuk pengaturan koneksi dengan menggunakan algoritma spanning tree.
Kelebihan STP dapat menyediakan system jalur backup & juga mencegah loop yang tidak diinginkan pada jaringan yang memiliki beberapa jalur menuju ke satu tujuan dari satu host.
Loop terjadi bila ada route/jalur alternative di antara host-host. Untuk menyiapkan jalur back up, STP membuat status jalur back up menjadi stand by atau diblock. STP hanya membolehkan satu jalur yang active (fungsi pencegahan loop) di antara dua host namun menyiapkan jalur back up bila jalur utama terputus.
Bila "cost" STP berubah atau ada jalur yang terputus, algoritma spanning tree mengubah topology spanning tree dan mengaktifkan jalur yang sebelumnya stand by.
Tanpa spanning tree pun sebenarnya memungkinkan koneksi antara dua host melewati beberapa jalur sekaligus namun dapat juga membuat looping yang tidak pernah akan selesai di dalam jaringan anda. Yang pasti akan menghabiskan kapasitas jalur yang ada hanya untuk melewatkan packet data yang sama secara berulang dan berlipat ganda.

PENERAPAN ALGORITMA SEMUT UNTUK PERMASALAHAN SPANNING TREE PADA KASUS PEMASANGAN JARINGAN KABEL TELEPON

PT. Telekomunikasi Indonesia (PT. Telkom) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan masyarakat yakni menyediakan kebutuhan komunikasi. Kebutuhan komunikasi saat ini sangat penting artinya bagi masyarakat. Peningkatan pelayanan pemasangan kabel telepon sangat menentukan dalam peningkatan konsumen.
Algritma Semut merupakan salah satu algoritma sistem cerdas yang belum banyak diterapkan terutama dalam kasus minimum spanning tree. Penyelesaian kasus dengan Algritma Semutini didasarkan pada tingkah laku semut dalam memperoleh makanan dengan memilih lintasan terpendek. Ciri pengolahan data dengan Algoritma Semut ini permaasalahan yang harus mempunyai siklus tertutup yang artinya node awal semut berangakat juga merupakan node akhir semut kembali.
Pemasanagn kabel telepon yang dgunakan oleh PT. Telkom sebelumnya adalah pemasangan dengan menggunakan rute terpendek yang didasarkan secara intituisi. Pemasangan ini merupakan pemasangan yang tidak sistematis sehingga hasil yang dihasilkan tidak optimal. Hasil awal yang digunakan pada 21 titik dengan menggunakan Q.S 3.0 maupun dengan perhitungan manual menggunakan algoritma kruskal adalah 2235 meter. Namun sayangnya dalam menggunakan Algoritma Semut memperoleh penyelesaian yang lebih optimal yaitu panjang lintasannya dalah 2461 meter. Walaupun terjandi perbedaan jarak yang sangat besar, namun dari segi penghematan waktu, dengan menggunakan algoritma semut perhitungan lebih cepat.

Pertumbuhan kehidupan ekonomi masyarakat yang pesat saat ini, dimana masyarakat dihadapkan pada kecanggihan teknologi yang mendorong manusia untuk berusaha mendapatkan informasi yang lebih cepat, mudah, dan akurat. Hal ini tidak hanya berlaku bagi negara maju saja, namun bagi negara-negara yang sedang berkembang misalnya Indonesaia pun jasa telekomunikasi sangat dibutuhkan. Dengan kata lain bahwa pertumbuhan ekonomi tidak boleh tidak harus sejalan dengan pembangunan sarana komunikasinya.
Pembangunan jaringan yang dilakukan sekaarang ini mencakup dimensi yang cukup besar, baik ditinjau dari segi jumlah sarana maupun dari segi jangkauan geografis pembangunannya. Dalam rangka mencapai keberhasilan pembangunan tersebut, perlu adanya rancangan yang menyeluruh sebagai pedoman atau acuan teknik bagi perencanaan pembangunan dan operasi jaringan nasional.
Namun dalam pemenuhan sarana komunikasi tersebut banyak terhambat oleh keterbatasan jaringan kabel yang menjadi prioritas pembangaunan jaringan saat ini. Keterbatasan ini sering disebabkan oleh keadaan lingkungan dan letak geografis suatu daerah yang mengakibatkan penarikan kabel membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan waktu yang lama. Kondisi suatu kota dengan tingkat kepadatan penduduk, bangunan, dan jalan-jalan raya serta keadaan berupa hutan, lautan, pegunungan dan sebagainya merupakan kendala utama dalam pemasangan kabel yang berkaitan dengan instansi yang terkait dan biaya pemasangan yang mahal.
Untuk itu PT. Telekomunikasi Indonesia sebagai satu-satunya perusahaan BUMN yang menyelenggarakan pembangunan sarana komunikasi di Indonesia dituntut untuk mencari solusi dari permasalahan diatas. PT. Telekomunikasi Indonesia telah mencoba membuat jaringan pemasangan dengan jarak yang minimum dari rumah kabel (RK) ke distributor pembagi (DP), sehingga dapat mengurangi biaya pemasangan jaringan tersebut. Sehingga biaya yang dibebankan kepada pelanggan tidak terlalu mahal.
Salah satu cara untuk meminimalkan biaya pemasangan adalah dengan cara pembuatan lintasan atau rute pemasangan jaringan telepon terpendek, dalam hal ini tipe yang dimaksud adalah dengan menggunakan metode Minimum Spanning tree. PT. Telekomunikasi Indonesia telah menggunakan teknik pemasangan dengan analisis lintasan terpendek dalam pemasangan jaringan kabel telepon, tetapi analisa yang telah dilakukan tidak terdsain dengan sistematis sehingga terdapat lintasan/rute pendek lainnya yang terabaikan.
Penyelesaian dengan metode Minimum Spanning tree akan menghasilkan total lintasan pemasangan kabel terpendek. Kelemahan metode ini adalah pada lama waktu perhitungan, dan keakuratan hasil karena dikerjakan secara manual dari titik satu ke titik lainnya. Untuk itu kasus Minimum Spanning tree ini akan di coba diselesaikan dengan perangkat lunak yang melibatkan algoritma semut (Ant Coloni).

0 komentar:

Posting Komentar